Prestasi Bukan Akhir dari Segalanya


Menurut KBBI, Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).  Prestasi sangat berkaitan dengan bidang pendidikan dimana semua orang berlomba-lomba untuk mencetak prestasi sebanyak-banyaknya melalui berbagai ajang perlombaan. Disini, bukan berarti saya mengharamkan seseorang untuk mendapatkan prestasi. Dalam satu sisi prestasi bisa saja sebagai pembangkit semangat seseorang dalam hidupnya. Prestasi juga pada dasarnya dianggap bisa menandakan sebuah simbol kesuksesan seseorang. Pendidikan dan prestasi di ibaratkan lem dan perangko yang tidak dapat terpisahkan. Banyak orang juga berpandangan bahwa jika pendidikan tidak disertai dengan prestasi itu dirasa hambar. Bahkan yang lebih, orang berpandangan bahwa murid yang tidak berprestasi merupakan produk gagal pendidikan.

Pandangan yang terlalu menekankan prestasi pada anak inilah, yang membuat sistem pendidikan kita menjadi salah arah. Bukti nyatanya yang dapat menunjukan hal semacam ini adalah seperti banyaknya sekolah berlabel ‘’Favorit’’ yanh hanya mau menerima murid yang pintar semata. Bukankah fungsi sekolah pada dasarnya membina anak yang tadinya tidak pandai menjadi pandai? Dalam pendidikan yang demokratis ini jelas menjadi sebuah bentuk diskriminasi. Ironisnya kesalahan ini tampaknya dianggap sebuah hal yang wajar. Tak hanya itu juga sering kali kita melihat orang tua yang memaksakan anaknya untuk mengikuti berbagai les baik itu dalam hal akademik maupun non akademik. Padahal jika hal itu bukan kemauan dari anaknya itu sendiri justru akan menambah beban pada psikologis anak. Banyak anak yang berkembang secara kognitif namun dalam hal afektif justru menurun, seperti anak mudah emosi dan menjadi individualis.

Sekolah juga kerap menuntut prestasi dari para muridnya, khususnya dalam hal akademik. Sekolah yang hanya berorientasi pada prestasi siswa, juga terkadang lebih fokus ke arah meraih popularitas sekolah. Akibat dari sekolah yang terlalu berambisi mendongkrak prestasti siswa di bidang kognitif membuat terbengkalainya kecerdasan afektif dan spiritual pada siswa yang pada kenyataannya juga memiliki peran tidak kalah penting bagi siswa dalam menjalani kehidupannya kelak. Penting diingat bahwa pintar secara kognitif saja tidaklah cukup. Perlu diiringi dengan kecerdasan afektif dan psikomotorik, dan spiritual juga.

Pada zaman sekarang orang lebih melihat prestasi dalam bentuk menjuarai sebuah perlombaan dan dibuktikan dengan piala ataupun sertifikat semata. Lalu bagaimana dengan mereka yang berprestasi di bidang afektif misalnya dalam hal kejujuran yang tidak bisa dibuktikan dengan sebuah piala ataupun sertifikat?

            Mari kita renungi bersama-sama...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belajar Dari Pengalaman

Pentingnya Menjaga Lisan

Buku Jendela Ilmu