Ketika Karir dan Pendidikan hanya Dinilai dari Status Ijazah dan Gelar
Tingginya
tingkat pendidikan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan pekerjaan
yang akan digelutinya ke depan. Sebab kesuksesan setiap orang tidak selalu
mesti ia harus berasal dari orang yang berpendidikan, memang pada dasarnya
pendidikan itu penting diberikan dalam hidup manusia. Karena pendidikan
merupakan tempat membentuk karakter manusia yang berilmu. Namun kesuksesan juga
dapat diperoleh melalui keterampilan yang ia miliki, juga karena tekun bekerja,
dan konsisten dalam pekerjaan yang ia
lakukan. Bahkan banyak kita temui mahasiswa lulusan dari berbagai universitas di
indonesia yang masih disibukan dengan melamar pekerjaan ke sana-sini. Lain
halnya dengan yang hanya lulusan sekolah dasar dan bahkan ada yang tidak sampai
lulus mengenyam bangku sekolah menengah atas, malahan tidak jarang yang bisa
menjadi pengusaha. Seperti pengusaha indonesia ada Andrie Wongso, dan Eka
Tjipta Widjaja.
Di
zaman sekarang, orientasi pendidikan dirasa sudah semakin menyimpang dari
tujuan pendidikan nasional yang sebenarnya. Apakah orientasi sebenarnya dari
sebuah pendidikan? apakah untuk sebuah ilmu? ataukah gelar dan ijazah semata?
Jika
orientasi manusia mengenyam sebuah pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar dan
ijazah semata, hal tersebut membuat semua orang berlomba-lomba melakukan
berbagai upaya untuk bisa segera lulus, dan bahkan bisa ke arah perbuatan yang salah dan
tidak patut di contoh seperti mencontek ketika ujian agar mendapatkan nilai
yang bagus, dsb. Juga terkadang ada oknum sekolah yang memanfaatkan jabatannya
untuk melakukan tindakan pelanggaran yakni dengan menjual ijazah palsu dengan
meminta imbalan berupa uang. Namun berbeda jika orientasinya itu untuk
mendapatkan sebuah ilmu, maka orientasi tersebut membawa dampak positif
terhadap dirinya sendiri, sehingga membuat ia akan lebih bersungguh-sungguh
dalam belajar. Selain orientasi pendidikan yang sudah menyimpang yaitu dengan
menomorsatukan gelar dan ijazah. Serta mengabaikan pembentukan karakter
kepribadian diri melalui serapan ilmu yang didapatkan.
Hal
lain yang dirasa salah dan kurang tepat dari sebuah pendidikan adalah mindset
masyrakat sekarang yang berpendapat bahwa seseorang yang berpendidikan itu akan
mudah mendapatkan pekerjaan. Sebagai kilas balik, tujuan pendidikan nasional
itu sendiri yang benar adalah, tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Hal tersebut adalah penjabaran dari UUD 1945 Pasal 31 Ayat 3, yakni, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.’’
Tujuan
dari pendidikan nasional diatas tentu saja menandakan bahwa orientasi
sebenarnya dari sebuah pendidikan tidak lain adalah pembentukan karakter
manusia yang tidak hanya berilmu, namun juga berakhlak karimah di sepanjang
kehidupan yang dijalaninya. Namun lagi-lagi mindset masyarakat kita telah
dipenuhi oleh orientasi kebendaan semata. Sehingga, mengenyam pendidikan hanya
demi mengejar ijazah dan sederet gelar semata, yang berujung pada sebuah
persaingan di dalam memperoleh pekerjaan. Hal inilah yang akan berdampak pada
ketidakmampuan manusia dalam menghadapi tantangan era globaliasi dan segala
macam situasi yang datang menguji.
Bukankah
tak jarang banyak orang berpendidikan tinggi tetapi di masyarakat di cap
sebagai seorang yang tidak berilmu? Contohya saja para pejabat pemerintah yang
melakukan korupsi, pada dasarnya mereka merupakan berasal dari orang-orang yang
berpendidikan tinggi, namun mengalami krisis moral dan tidak mengamalkan ilmu
yang telah didapat dengan bijak. Sedangkan, tidak jarang seseorang yang tanpa
memilki latar belakang pendidikan formal pun malah menjadi sosok isnpirasi bagi
orang banyak. Sebab kiprahnya yang senantiasa menunjukan aksi positif dan
senantiasa mengajak pada kebaikan. Dan pada akhirnya menjadi pekerja atau malah
menjadi pengangguran, bukanlah satu-satunya hal terpenting dari dienyamnya
sebuah pendidikan, semestinya orientasi dari setiap jenjang pendidikan yang
ditempuh tidak semata-mata demi sebuah pekerjaan yang menguntungkan di masa
depan. melainkan yang utama adalah terbentuknya manusia yang berilmu, terampil,
dan juga senantiasa berakhlak mulia dalam kesehariannya.
Komentar
Posting Komentar